Kisah ini saya rangkum dari sebuah tulisan karya Ida Pedanda Nyoman Buruan,Bercerita tentang perjalanan Mpu Dwijendra di Tanah Sasak,Berawal dari seatu temapt bernama Karang Medain, pada suatu saat I Gde Batuhu, meninggal pada malam hari, kemudaian oleh cucunya I Gde Butak ingin langsung dibakar siang harinya di lapangan, tetapi Mpu Dwijendra menegur dan tidak mengjinkan dibakar hari ini dan sebiknya 5 hari setalah hari ini yaitu hari baik untuk melakukan yadnya. Pd saat hari yang ditentukan ternyata, Mpu Dwijendra tidak ada di pasaramannya,sehingga disusul oleh I Gde Butak, ke arah timur dari karang medain,sampailah I Gde Butak ini berjumpa Mpu Dwijendra, disana ia menagih janji Mpu untuk muput pitra yadya Kakenya, berhubung Mpu Dwijendra Lupa-benar2 lupa yg merupakan kehendak Tuhan- maka beliau mencari jalan tengah. dimintalah I Gde Butak untuk mencari bung2 dari pohon bambu.
sebnyak 4 buah.
Kemudian Mpu Dwijendra menancapkan tongkatnya di tanah kemudian mencabutnya dari bekas tancapan tongkat beliau keluarlah mata air bersih, kmd beliau menamakan ini adalah "Tirta Pebersiahan" ditandai dengan don kayu, kira2 50 depa kembali beliau menancapkan tongkatnya,
keluar lagi air mancur dinamakan "Tirta Pelukatan" dan kemudian beliau berjalan lagi kira2 5 depa dan menancapakan lagi tongkat beliau dan keluar lagi mata air dan yang ini belai menamakan "TIRTA", kemudian beliau berjalan sekotar 20 depa ke arah barat daya dan menancapkan lagi tongkatnya dan kali ini suaranya seperti banjir ... maka keluar mata air lagi dan dinamakan "Tirta Pangentas" yang berguna untuk mengentaskan/ menyelesaikan uapacara pitra yadnya.Nah sejak saat itu berhubung di Lombok belum ada pedanda maka dengan perpaduan 4 tirta ini Pitra yadnya, dan Yadnya yang lainnya dapat diselesaikan Mpu Dwijendra datang ke bumi sasak ini jauh sebelum kerajaan Karangasem mejajah bumi sasak.
keluar lagi air mancur dinamakan "Tirta Pelukatan" dan kemudian beliau berjalan lagi kira2 5 depa dan menancapakan lagi tongkat beliau dan keluar lagi mata air dan yang ini belai menamakan "TIRTA", kemudian beliau berjalan sekotar 20 depa ke arah barat daya dan menancapkan lagi tongkatnya dan kali ini suaranya seperti banjir ... maka keluar mata air lagi dan dinamakan "Tirta Pangentas" yang berguna untuk mengentaskan/ menyelesaikan uapacara pitra yadnya.Nah sejak saat itu berhubung di Lombok belum ada pedanda maka dengan perpaduan 4 tirta ini Pitra yadnya, dan Yadnya yang lainnya dapat diselesaikan Mpu Dwijendra datang ke bumi sasak ini jauh sebelum kerajaan Karangasem mejajah bumi sasak.
om santhi santhi santhi om
Palsu
BalasHapus